Last Day #NulisRandom2017


Gambar: Pexels.com/Starup Stock Photos

30 Juni 2017.

Ternyata kita sudah di pengujung kegiatan Nulis Random 2017. Saya tidak tahu harus senang atau bahkan sedih?!

Senang karena di hari ke 30 ini artinya saya telah menyelesaikan misi untuk konsisten menulis setiap hari. Sedih juga karena kegiatan yang bermanfaat ini akhirnya akan berakhir. Lantas apakah setelah ini saya, kalian, kita akan terus menulis? Bukan,Masalahnya apakah selepas berakhirnya kegiatan nulis random tahun ini kita masih terus konsisten menulis setiap hari? Saya harap ya!!

Saya ingat betul, sebuah kiriman dibagikan ke beranda facebook saya akhir Mei lalu. Saya yang tertarik sejurus mengklik kiriman tersebut. Sebuah tulisan dari kak Brilliant Yotenega di grup Nulisbuku Community.

Beliau mengajak setiap yang melihat kiriman tersebut untuk mengikuti kegiatan nulis randomnya. Kegiatan macam apa? Pikir saya kemudian. Saya membaca dengan seksama. Beliau mengajak setiap orang untuk membiasakan diri menulis, menulis apa saja, bisa berupa cerpen fiksi, cerita perjalanan dan pengalaman, mendeskripsikan gambar, memberi kritikan, atau sekedar coret-coretan kegalauan yang dialami setiap hari. Temanya bebas, apa saja. Menulisnya pun bebas, boleh dimana saja, di beranda facebook, di blog, atau di Instagram juga tidak masalah. Yang penting adalah konsisten setiap hari. Kegiatan diadakan di bulan Juni, dari tanggal satu hingga berakhirnya Juni.

Saya menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Saya memang gemar menulis, namun hanya menulis jika saya tengah kosong dan saat mood saya tengah meledak-ledak. Bermodalkan sebuah blog gado-gado yang saya bangun tiga tahun silam dan hanya berisi belasan artikel random, saya dengan semangat menyatakan perang pada nulis random.

Saya tidak bisa mengekpresikan semangat api yang membakar jiwa saya, seolah diwarisi oleh kak Naruto dari desa Konoha Gakure-nya. Saya sudah berandai-andai tulisan apa saja yang akan saya bahas, tema apa yang akan saya usung. Sebenarnya saya hanya mengikuti kegiatan yang sederhana, tidak ada hukuman untuk yang gagal, tidak ada hadiah untuk yang manang.

Namun, saya hanya memikirkan untuk menyelesaikan misi saya, menulis dengan konsisten setiap hari. Peduli apa dengan semua itu? Saya hanya bersenang-senang dengan menulis. Motivasi menulis pun tidak bosan-bosannya saya tanamkan dalam batin saya, saya akan malu pada diri sendiri jikalau saya gagal.

Oke! Tiga puluh hari bukan waktu yang lama! Perang tulisan dimulai!!

Saya bahkan sampai menyetel alarm pukul enam pagi untuk mengingatkan agar saya menulis. Itu berhasil. Saya mencoba menulis yang terbaik setiap hari, memilih-milih tema dengan seksama. Saya menulis review tentang film kesukaan saya, menulis review lagu kesukaan saya, mencoba membuat artikel dengan baik dan benar, terkadang juga memberikan tips-tips yang saya tulis sendiri. Awalnya benar-benar terasa enteng. Ah, saya yakin bisa menyelesaikankan tiga puluh hari ini dengan mudah. Bahkan saking semangatnya, saya sudah memikirkan ancang-ancang untuk tulisan saya besok hari dan lusa.

“Saya mau menulis Review film ini deh besok” ucap saya suatu ketika usai menonton salah satu film terbarunya Jackie Chan.

“Apa salahnya kalo saya menulis tentang tips ini. Yang penting bermanfaat. Lusa temanya ini aja deh!”

Bak laron-laron yang menyerbu lampu, ide-ide datang dan berputar-putar di kepala saya. Tentu saya tidak bisa menulis semuanya dalam satu waktu. Saya mulai mengumpulkan apa yang terlintas di kepala saya, menulisnya langsung di laptop, kadang di kertas dan tak ketinggalan draft hape saya mulai penuh dengang potongan-potongan tulisan.

Saya mulai merasakan jiwa menulis saya. Lambat laun saya mulai menikmati tarian jemari saya di atas papan keyboard. Saya mulai menikmatinya seperti melahap nasi beserata lauk-pauk kesukaan saya. Teman saya pernah bilang, menulis itu panggilan alam, kamu tidak bisa memaksakan diri untuk selalu menulis. Kalau begitu, saya ingin menyatu dengan alam agar bisa kapan saja memanggil mood untuk menulis.

Hari-hari awal berjalan dengan lancar. Tidak terasa hari kesepuluh sudah saya lewati. Wah, sisa dua puluh hari lagi. Sepertinya waktu tidak berjalan cepat seperti bayangan saya, waktu berjalan normal. Godaan-godaan terus menghampiri saya, berusaha menghentikan langkah saya yang sudah seperempat jalan itu. Rasanya musim laron sudah berakhir, kini lampu yang menyala itu tidak lagi diputari oleh segerombolan ide-ide yang berterbangan.

Singkatnya, saya mulai kehabisan ide. Seperti saya katakan, saya sudah seperempat jalan. Tapi seperempat belum sampai setengah tentu saja. Saya masih lebih dekat dengan garis start. Tidak mengapa jika saya berhenti sekarang.

Waah!! Apa yang saya pikirkan? Bukankah saya harus menyelesaikan misi? Pikir saya. Ibaratnya lomba lari, saya sudah melewati garis start lalu berlari seperempat putaram, alangkah malunya jika saya berbalik kembali dan menyatakan menyerah? Beruntung, semangat api dari kak Naruto rupanya masih menyisakan bara yang bisa terus saya tiup agar api saya tidak mati merkipun saya kehabisan kayu bakar. Bermodalkan semangat dan ide-ide yang tersimpan di draft hape, saya meneruskan perjuangan menulis. Saya menulis apapun yang ingin saya tulis.

Bukan hanya saya yang berjuang disini, bukan? Dalam waktu senggang saya juga membaca tulisan-tulisan teman-teman seperjuangan di kolom komentar kiriman kak Brilliant Yotenega untuk menambah semangat dan mencari referensi dalam menulis.

Hari ke dua puluh sudah terlewati! Ah, saya sudah lewat setengah putaran. Saya sudah tidak melihat garis start lagi. Sisa sepuluh hari yang harus saya habiskan untuk memenangi perang. Ayoo, semangaaat!!!

Tik tok tik tok!

Hari ke dua puluh satu. Sepertinya waktu berjalan sedikit lambat. Semakin saya mendekati garis finish, godaan yang saya terima semakin besar saja. Dari pagi hingga sore hari saya disibukkan dengan urusan perkuliahan saya yang belum selesai. Harus daftar ulang lah, mengurus berkas lah, mendaftar PKK lah, ya begitulah keseharian saya saat mendekati garis finish. Sampai-samapi laptop kesayangan tergeletak begitu saja.

Ditambah lagi semangat api saya sepertinya sudah benar-benar padam. Hanya tersisa abu saja. Saya tidak punya kayu bakar lagi. Saya pikir sudah cukup sampai disini saja, sepertinya saya tidak akan berhasil. Entah mengapa saya begitu malas kembali menulis.

Tapi heeey!!! Saya menjadi gelisah juga jika belum menulis pada hari itu. Sepertinya saya sudah mendapati menulis sebagai suatu kesukaan saya, suatu kewajiban yang membuat jiwa saya resah tatkala tidak mengeluarkan unek-unek saya dalam bentuk tulisan. Yaa, belum lagi mencapai garis finish, saya sudah merasakan hasilnya. Ini yang saya mau, menyatu dengan alam jika memang menulis adalah panggilan alam.

Disela-sela waktu, saya masih memperhatikan tulisan teman-teman yang lain. Ada yang menulis cerita jenaka sehingga saya tertawa terbahak-bahak, ada juga tulisan penuh makna milik Ayu Emiliandini, ada juga Dear Facebook yang ditulis konsisten dari awal hingga akhir oleh Selvia Lusman, ada juga member yang begitu semangat selalu memberi like dan mengingatkan yang lain agar tidak lupa menyetor tulisan, Fika Gobel kalau tidak salah namanya. Semua masih berjuang dengan cara yang berbeda, dengan semangat yang tidak pernah putus. Kak Brilliant Yotenega juga selalu memberikan motivasi setiap memulai hari. Betapa malunya saya jika mengakhiri kisah seru ini hanya sebatas setengah perjalanan. Ya, saya harus lanjut hingga ke garis finish.

Saya selalu menyempatkan diri untuk menulis baik disela-sela menunggu waktu berbuka puasa, sehabis pulang tarawih dan saat menunggu adzan subuh usai makan sahur. Saya masih menulis, meskipun saya kedapatan hampir terlambat saat memposting di blog saya dan membagikannya di kolom komentar nulis random. Manulis apa saja, saya meulis keresahan saya. Saya masih menulis dan selalu menulis hingga terbentuknya tulisan ini dan Insyaallah sampai kapanpun.

Dan tulisan ini melengkapi satu bulan saya yang berjuang bersama nulis random untuk menjadi konsisten menulis. Tulisan ini mengantarkan saya pada kemenangan dalam perang besar ini. Tentu saja bersama teman-teman yang lainnya. Tapi tulisan ini bukan akhir dari perjuangan, saya masih akan terus hadir dengan tulisan-tulisan saya meskipun bukan untuk di setor di blog. Karena menulis akhirnya menjadi bagian dari diri saya.

Melalui sebulan bersama nulis random tidak hanya menjadikan saya konsisten menulis. Ada lebih banyak hal yang saya dapatkan. Saya mencoba melatih skill menulis saya yang masih berantakan, juga mengorek ide-ide baru malalui tulisan teman-teman yang laiinnya.


Kesimpulannya, saya senang menulis, semua senang menulis. Tinggal bagaimana caranya agar menjadi konsisten dalam mengekspresikan tulisan kita, seperti sebuah kebutuhan. Memang godaan akan terus datang, godaan itu datangnya dari diri sendiri. Yaap!!! Seperti yang Harris J sampaikan pada singlenya yang berjudul Save Me From Myself, bahwa musuh terbesar kita dalah diri sendiri. Rasa malas. Jika kita bisa melawannya, maka kita bisa memenangkan pertarungan.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Hei, you mentioned me on your posting. Thanks for visiting my blog. Keep writing till you drop hehhee...

    Fyi, saya sudah hampir 6 nulis tanpa berhenti & tulisan saya berkembang baik dari waktu ke waktu. Intinya, jangan berhenti berproses.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 6 tahun nulis maksudnya. Sorry "tahun" nya gak ketulis hehe

      Hapus

Tambahkan Komentar