Berhubung
ini bulan puasa dan tengah nggak sibuk sama tugas sekolah, bolehlah ya ngepost sedikit soal ceramah tarawih di masjid deket rumah tadi malam.
Malam ini, tema yang diambil pak ustadz adalah
“Menahan Diri dari yang Diharamkan Allah”
Kalian
pernah nggak sih ditanya ‘apa sih hikmah puasa buat kamu?’ yang paling sering
nanya begitu biasanya guru-guru di sekolah. Nah biasanya juga WT pasti ngejawab
kalo hikmah puasa itu untuk belajar merasakan gimana rasanya nggak makan dan
minum seharian kayak yang dialamin saudara-saudara kita di luar yang kurang
beruntung. Sebagai sesama Muslim, kita dituntut untuk ikut andil merasakan
beban yang dipikul saudara sesama Muslim.
Yang
diatas merupakan hikmah utama dari berpuasa, tapi tau nggak kalo sebenarnya ada
ribuan hikmah yang dapat kita ambil dengan berpuasa. Nah salah satunya yang
bakal dibahas di sini, menahan diri dari sesuatu yang diharamkan Allah.
Suatu
hal dikatakan haram ketika kita mengerjakannya maka kita berdosa, namun jika
ditinggalkan maka akan mendapat pahala.
Allah
dalam surah Al-Isra’ ayat 17 berfirman
yang artinya:
“Dan
janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji
dan seburuk-buruknya jalan (Al-Isra’ 17:32)”
Apabila
arti ayat ini ditafsirkan, nampak jelas dong bahwa Allah dengan tegas melarang
perbuatan zina karena zina merupakan salah satu hal yang diharamkan oleh Allah
swt.
Selain
perbuatan zina, masih banyak hal lainnya yang diharamkan Allah untuk dilakukan,
seperti hal-hal macam mencuri, berbohong, serta memakan sesuatu yang bukan hak
kita.
Ketika
kita tahu bahwa mencuri, berbohong, dan berzina itu diharamkan Allah lantas kok
masih banyak banget yaa orang yang melakukan hal tersebut? Nah kata pak ustadz
disini masalahnya terletak pada hati masing-masing manusianya. Ketika kita
hendak melakukan sesuatu yang jelas-jelas diharamkan Allah, pasti kita
merasakan getaran dalam hati kita yang seolah-olah bilang ‘jangan dilakuin,
dosa tau!’ tapi ketika itu juga, setan-setan di sekitar kita membujuk kita
untuk tetap melakukannya, bagi yang imannya nggak kuat bakal terhasut dan
akhirnya bakal tetap ngelakuin hal tersebut.
Nah, menahan diri dari sesuatu yang diharamkan Allah itu susah-susah
gampang. Jujur ya, aku sendiri pernah ngerasain, zaman sd dulu pas pulang
sekolah, aku nemuin uang 20 ribu jatuh dari tangan ibu-ibu. Bingung dong mau
diambil ato dikembaliin, diem-diem sih pengen banget dimasukin ke kantong buat
jajan, uang segitu mah zamannya aku sd lumayan gede nilainya tapi disisi lain aku tau perbuatan itu termasuk dosa. Nah baru uang 20 ribu aja bingungnya panjang banget wkwkkk.
Tapi
kata pak ustadz sih hal sesulit apapun kalo iman kita kuat, Insyaallah kita
bisa. Apalagi hal kayak gini udah terjadi sejak zamannya Rasulullah dulu.
mengutip dari cerita pak ustadz;
Di
zamannya Rasulullah, ada seorang pemuda (lupa namanya) yang saat itu tinggal
di sebuah masjid, simpelnya dibilang marbot. Pemuda itu termasuk orang yang
kurang mampu dari segi ekonomi, sudah seharian dia tidak makan dan minum karena
tidak punya uang. Sesudah dilaksanakannya sholat Isya’, pemuda itu duduk di
pojok masjid sambil memegangi kepalanya yang mulai terasa pusing, perutnya yang
mulai panas dan perih.
Pemuda
itu terus-menerus berada di sana hingga seluruh jamaa’ah masjid pulang ke rumah.
Saat sendirian, setan pun mulai merayu si pemuda untuk mencuri makanan.
Kemudian, muncullah niatan si pemuda untuk melaksanakan bujukan setan tersebut,
“Kalau aku mencuri sedikit, mungkin Allah akan maklum karena aku sangat lapar.”
Ucap pemuda itu.
Kemudian
ia pun naik ke atap masjid dan mulai melompat ke atap rumah di sebelahnya,
pemuda itu mengintip ke dalam rumah namun rumah itu sangat ramai sehingga ia
urung memasukinya. Pemuda itu lanjut melompat ke atap rumah kedua, namun
suasana rumah tersebut sama dengan rumah pertama sehingga ia memutuskan untuk
melihat rumah ketiga. Ketika ia mengintip ke dalam rumah itu, ditemuinya
keadaaan yang sangat sepi.
Masuklah
si pemuda ke dalam rumah tersebut melalui atap. Rumah itu lumayan besar dan
sangat sepi. Pemuda itu berjalan masuk sambil celingukan mencari makan, namun
dia mendapati seorang wanita cantik tengah tertidur dan terbuka auratnya.
Sebagai seorang laki-laki, syahwatnya tentu saja timbul, pemuda itu berjalan
hendak menyentuh wanita tersebut. Namun ketika tangannya hendak membelainya ia
pun tersadar, “Astagfirullah, bukan ini tujuanku datang kesini.” Ucap pemuda
itu seraya menarik kembali tangannya dan memohon ampun pada Allah.
Kemudian
ia berjalan menuju ruang tengah, ia mendapati sebuah lemari besar berisi
perhiasan emas kepunyaan wanita itu. Si pemuda kemudian mulai tergiur, jika ia
ambil emas itu dan dijualnya, tentu saja ia tidak akan kelaparan lagi selama
bertahun-tahun. Tangannya mulai membuka lemari, saat jari-jarinya hendak
menyentuh emas itu, pemuda itu tiba-tiba tersadar lalu berucap, “Astagfirullah,
bukan ini tujuanku datang kemari. Bukan ini!”
Kemudian
ia tutup lemari tersebut dengan mantap dan mulai berjalan menuju dapur. Disana
ia melihat sepiring roti di atas meja makan. Pemuda itu pun tersenyum mendapati
apa yang ia cari. Kemudian diraihnya roti tersebut dan hendak dimakannya. Namun
saat hampir memasuki mulutnya, lagi-lagi ia tersadar. “Astagfirullah, inikah
yang hendak aku lakukan di rumah ini? Sungguh Allah sangat membenci perbuatan
haram ini. Sungguh tidak pantas aku melakukannya” sesal pemuda tersebut.
Dengan
perut yang kosong ia menatap roti yang telah diletakkannya kembali ke atas
meja, timbul dalam dirinya keinginan untuk meraihnya lagi, namun karena imannya
akhirnya si pemuda memantapkan diri meninggalkan rumah itu masih dengan perut kosong.
Keesokan
harinya, setelah dilaksanakan sholat Subuh, pemuda itu kembali duduk diam di
pojok ruangan. Setelah masjid sepi, tiba-tiba seorang wanita mendatangi masjid
tersebut untuk menemui sang imam.
“Wahai
ustadz, ketika aku bangun tidur aku tersadar bahwa ada seseorang yang memasuki
rumahku hendak mencuri.” Tutur wanita itu.
Sang
imam yang mendengar pun berucap “Benarkah begitu wahai Fulan? Adakah sesuatu
yang hilang dirumahmu?”
“Tidak
ada, namun aku sangat takut sekali karena aku tinggal sebatang kara di rumahku
itu, tanpa suami. Demi Allah, carikanlah aku seorang calon suami agar dia bisa
menjagaku nanti” ucap wanita itu lagi.
Imam
pun berpikir sejenak dan teringat akan pemuda tadi. Ditemuilah pemuda itu
sambil menanyakan kesediaannya untuk menikah. Pemuda itu tanpa ragu mengiyakan
penawarannya.
Akhirnya
hari itu juga pemuda itu dinikahkan dengan si wanita. Singkat cerita, wanita
itu akhirnya mengajak si pemuda yang kini berstatus sebagai suaminya pulang
kerumahnya. Begitu sampai di beranda rumah, alangkah terkejutnya si pemuda
mendapati rumah yang tadi malam baru saja ia masuki secara diam-diam, hari itu
ia masuki dengan cara yang halal dan diridhoi Allah swt. Hati lelaki itu pun
bergetar hebat.
Ketika
pintu rumah dibuka, si wanita pun mengajak suaminya itu ke kamar, lalu duduklah
si wanita dihadapan pemuda itu. Alangkah tambah bergetar hati pemuda itu
karenanya. Inilah wanita yang tadi malam hendak disentuhnya dengan cara haram,
kini Allah berikan padanya dengan cara yang halal.
Kemudian
diajaknya oleh wanita itu melihat lemari tempat ia menyimpan seluruh
perhiasannya dan ditunjukkannya pada pemuda itu. “Suamiku, inilah seluruh
hartaku yang sekarang menjadi hartamu juga, aku serahkan semua ini padamu untuk
kau kelola.” Ucap wanita itu.
Si
pemuda benar-benar kehabisan kata-kata, hatinya benar-benar bergetar hebat dan
air mata hampir menetes dari matanya. Inilah harta yang hendak ia ambil dengan
cara haram tadi malam, dan sekarang Allah memberikan seluruh kepadanya hari
ini.
Kemudian
si wanita pun mengajak pemuda itu menuju dapur dimana sudah terhidang makanan
yang banyak untuk dilahap. Alangkah bergetarnya hati pemuda itu, ketika melihat
roti yang hendak ia makan tadi malam, ia akhirnya menangis juga. Inilah roti
yang hendak ia kunyah dengan cara yang haram tadi malam. Namun hari ini ia akan
mengunyahnya dengan cara yang halal, beserta makanan lainnya. Wanita itu yang
heran melihat suaminya menangis pun bertanya, “ada apa suamiku?”
Si
pemuda kemudian menceritkan seluruh hal yang ia alami pada istrinya. Si wanita
yang solehah pun tersenyum seraya berkata “wahai suamiku ingatkah engkau yang
pernah dikatakan Rasulullah, barangsiapa yang mampu menahan diri dari sesuatu
yang diharamkan Allah, maka Allah akan memberikan sesuatu itu dengan cara yang
halal padanya.”
Nah
dari kisah diatas, dapat diambil kesimpulan seperti ucapan sang wanita,
‘barangsiapa yang mampu menahan diri dari sesuatu yang haram, maka Allah akan
memberikan sesuatu itu secara halal padanya, atau justru sesuatu yang lebih
baik’
Itu
merupakan janji Allah, dan sebaik-baiknya janji hanyalah janji Allah semata.
Lalu
apa hubungannya dengan bulan puasa nih?
Seperti
yang kita tahu, makan merupakan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah, hubungan
antara suami dan istri pun merupakan sesuatu yag dihalalkan oleh Allah. Benar nggak?
Nah
di bulan puasa, kita justru dilarang melakukan dua hal tersebut di siang hari,
padahal hal itu halal untuk dilakukan ya. Mengapa?
Itu
karena Allah ingin kita berlatih menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu,
dan buktinya sangat banyak orang yang berhasil melakukannya, berpuasa hingga
terbenam matahari. Kalau kita saja mampu menahan diri melakukan sesuatu yang
dihalalkan Allah, lantas mengapa masih saja sulit menahan diri dari yang
diharamkan Allah?
Dengan
berpuasa, iman kita mejadi lebih kuat dan sempurna dimata Allah, dengan begitu
Insyaallah kita bisa lebih mudah menahan diri dari hal-hal yang diharamkan
Allah.
Jadi,
mulailah mencoba dari sekarang. Saat kita melihat pena temen di atas meja yang
tintanya juga tinggal setengah, jangan dicuri yaa. Siapa tau dengan begitu
temen kita bakal ngasih ke kita dan kita bisa memilikinya dengan cara yang
halal. Atau justru ketika kita pulang kerumah, dibeliin pena sama ibu satu
kotak. Tapi biarpun begitu, tetap aja sesuatu harus dilakukan dengan hanya
mengharap ridho Allah semata, yaa.
Aak,
panjang juga kan jadinya artikel ini. Gapapa lah, semoga ada manfaatnya buat
yang baca.
0 Komentar
Tambahkan Komentar