Dalam Memori: Kunjungan Singkat ke Kota Palembang

Perjalanan singkat ke kota Palembang bersama dua teman SMA-ku beberapa waktu yang lalu masih menjadi sebuah kunjungan yang berkesan dalam ingatan sejauh ini. Meskipun hanya berupa kunjungan singkat, tapi ada banyak hal tak bisa dilupakan begitu saja; Tentang padatnya jalanan Palembang, rupa jembatan Ampera yang dipenuhi cahaya di malam hari, keramaian stadion Jakabaring, dan lima putaran penuh perjuangan di Venue Atletik Jakabaring. Semuanya masih hangat dalam ingatan.

Sayang sekali aku tidak pernah mempublish cerita lengkapnya di blog ini sejak pulang ke Bengkulu. Nah, karena hari ini kangen jejalan ke kota Palembang, maka aku ingin bernostalgia dengan stok foto seadanya.

Ada banyak hal yang membuat kunjungan ke Kota yang berjarak 12 jam perjalanan travel dari Bengkulu itu jadi berkesan. Bukan karena banyaknya wisata yang berhasil disambangi selagi di sana. Sebaliknya, karena kunjungan itu benar-benar terasa begitu singkat, saking singkatnya untuk foto di jembatan Ampera pun kami gapunya waktu :D


Berjuang untuk Lulus Sekolah Kedinasan

Awal mula perjalanan ke Palembang terjadi ketika aku bersama dua teman satu SMA berhasil lolos pada PMB tahap pertama PKN STAN. Saat itu kami masih segar-segarnya menyandang status lulus SMA, dan berambisi melanjutkan sekolah ke PKN STAN. Waktu itu seleksi masuk PKN STAN masih menggunakan sistem seleksi 3 tahap.

Kedua temanku ini bernama Medi dan Arjun. Dua teman yang cukup kukenal baik meskipun tidak duduk di kelas yang sama. Mendapati kelulusan tahap pertama itu, aku senang dong. Tahap kedua adalah tes kesehatan dan kebugaran yang akan dilaksanakan di beberapa kota, salah satunya Palembang.

Ketika aku memberitahu Ibu, beliau menyambutnya dengan senang sekaligus pusing, bingung nanti aku ke Palembangnya gimana. Soalnya beliau terkenal posesif untuk hal-hal yang menyangkut anak gadis satu-satunya ini. Ketika aku mengusulkan untuk ikut bersama dua teman satu sekolahku, dan nanti akan menginap di rumah salah satu keluarga Arjun, tanpa diduga Ibu mengizinkan. Ya soalnya beliau tahu bahwa teman-temanku ini adalah anak-anak baik.


Pertama Kali Pergi tanpa ditemani Orang Tua

Pertama kali pergi tanpa ditemani orang tua atau keluarga dekat, ya baru kali itu. Seperti kukatakan, Ibu orangnya memang super duper kuatiran untuk hal-hal yang menyangkut aku. Bahkan sampe saat ini, aku masih suka ditelepon kalau pulang kuliah terlalu sore. Atau kalau mau izin jalan-jalan ke tempat yang jauh sama teman-teman, lebih sering tidak diizinkan.

Dua Hari yang Penuh Drama

Ada banyak hal-hal seru yang kami lewati selama dua hari di kota Palembang. Perjalanan travel yang diperkirakan 12 jam, ternyata menyita waktu lebih banyak karena si sopir melajukan mobil dengan pelan, ditambah mobil harus terjebak macet saat mulai memasuki kota Palembang yang saat itu sedang ada pembangunan jalur KRL. Berangkat pukul 9 pagi, kami baru sampe di tempat tujuan jam 12 malam. Iya, benar-benar tengah malam, diturunin di depan Masjid di pinggir jalan daerah Kertapati. Dari sana nanti akan dijemput oleh kakaknya Arjun. 

Waktu turun dari mobil, kami langsung aja disamperin seorang remaja tanggung, berperawakan tinggi kurus. Entah muncul dari mana, dia tiba-tiba aja bertanya macam macam; kami dari mana, mau ke mana. Aku yang agak paranoid ini langsung aja bersuudzon dalam hati dan mulai berpikir yang enggak-enggak. Melihat wajah kami yang curigaan, si abang kurus buru-buru membela diri; berkata bahwa dia bukan orang jahat, sebaliknya malah mau membantu kami.

Bukannya tenang, kami malah tambah curiga. Untunglah tak lama seseorang datang menjemput kami. Hiuuh, selamat deh!

Datang bertiga sebagai orang yang tak banyak tahu seluk beluk kota palembang, kami menjadi tiga remaja yang 'nekat' berkeliling kota. Tes masih sehari lagi, jadi kami memutuskan untuk jalan-jalan dulu, tapi pertama-tama kami akan mengunjungi stadion untuk melihat lokasi tes besok hari.

Palembang di pagi hari adalah kota yang terbilang panas dengan keramaian yang luar biasa. Kendaraan berseliweran tanpa jarak, tapi belum menciptakan macet parah. 

Kami berangkat setelah terlebih dulu sarapan di rumah makan padang. Meskipun kesulitan menemukan angkot jurusan ke Jakabaring, sampai tanya-tanya ke orang, dan sempat kelewat jauh dari Stadion sehingga harus jalan kaki. Akhirnya kami bisa sampai dan melihat bentuk nyata Stadion kebanggaan Palembang. Saat itu sedang ada pertandingan antara Sriwijaya vs Barito. Mau nonton, sih. Tapi yaa berhubung ada tujuan lain, akhirnya tidak jadi :D.

Keliling stadion Jakabaring ternyata bikin capek juga. Soalnya kami cuma mutar-mutar, pokoknya sok tau aja gitu, yakin nanti bakal ketemu sendiri sama Venue Atletiknya.

Pas ketemu Venue Atletik, hari udah siang dong. Lah gimana mau jejalan ke tempat-tempat lain nih. Wong nyari satu lokasi aja sampe berjam-jam. Akhirnya keinginan untuk jejalan pun terpaksa dibatalkan karena kami keburu dijemput oleh mamangnya Arjun, dan harus berkemas untuk pindah menginap di rumahnya, di daerah Sukarami.


Tidak Foto di Ampera

Berkunjung ke Palembang, tapi tidak berfoto di Ampera? Ah sebodo amat lah! 

Jadi ceritanya kan kami emang sibuk, apalagi jalanan Palembang sangat padat. Besoknya, hari minggu tes berlangsung dari subuh hingga menjelang sore. Udah termasuk nunggu antri itu loh yaa. Habis tes, capek dong. Dari daerah Sukarami kami hanya bolak balik melewati jembatan Ampera, tanpa berhenti untuk sekadar foto-foto.

Hari itu kami harus pulang ke Bengkulu sehabis magrib, karena lusa aku harus mengikuti tes SBMPTN, sementara dua temanku juga punya jadwal daftar ulang  setelah lolos SNMPTN di UNIB. Itulah alasannya kami tidak berlama-lama di Palembang. Jadi jalan-jalan pun ditiadakan.


Orang-Orang yang Baik Hati

Beruntung, kami selalu bertemu orang-orang baik di kota orang. Terutama keluarga mamangnya Arjun yang udah mau menyambut kedatangan kami, sampai mengantar ke sana sini pula.

Cerita seru lainnya datang di sore terakhir yang singkat. Sebelum dijemput travel, kami bertiga memutuskan jalan-jalan hingga sampai ke JM di depan Kompleks. Tapi bingung mau beli apa, akhirnya kami memutuskan mencari toko oleh-oleh, dan seorang Ibu merekomendasikan toko Candy yang katanya ada di dekat Polda.

Alih-alih ketemu toko oleh-oleh, kami malah bingung setelah diturunin angkot di dekat Polda, tidak tahu harus ke mana. Waktu itu udah sore banget, dan kami pun jadi panik setelah tahu hanya Medi yang membawa ponsel. Lagipula, kami tidak mau melapor pada Mamangnya Arjun, mengatakan bahwa kami tersesat karena sok nekat mencari toko oleh-oleh, merasa tidak enak hati kalau harus merepotkan beliau lebih jauh.

Panik makin menjadi saat kami tidak melihat satupun angkot yang melintas ke arah jalan pulang. Akhirnya kami bertanya pada dua orang ibu yang kebetulan sedang nongkrong di pinggir jalan, mereka kaget waktu tahu kami adalah pendatang dari Bengkulu. Si ibu pun menawarkan kami untuk pulang bersama mobil mereka. Eh, benar-benar baik deh. Syukurlah.

Sepanjang jalan, beliau bercerita banyak hal tentang Palembang. Saking baiknya si Ibu, dia bahkan sampai repot-repot putar arah untuk mampir ke toko Candy yang ternyata terletak sebelum Polda, supaya kami bisa beli oleh-oleh.

Huh, bertemu orang-orang baik adalah sebuah rezeki sehingga kunjungan singkat itu terasa menyenangkan. Tapi rasanya belum puas, soalnya belum halan-halan ke lokasi-lokasi wisata.

Ada rasa ingin kembali ke sana, tapi belum punya alasan untuk apa. Mau jalan-jalan? Ah nanti saja. Sayang sekali, desas desus Jakabaring akan menjadi tuan rumah pergelaran MotoGP di Indonesia ternyata hanya wacana. Seandainya benaran, kan aku punya alasan untuk kembali ke kota Palembang.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Udah lama gak ke palembang dan jadi rindu ke sana lagi, semoga ada kesempatan :)

    BalasHapus

Tambahkan Komentar