Life of Pi - Yann Martel: Kisah Luar Biasa di Tengah Samudra Pasifik



Identitas Buku:

  • Judul : Life of Pi
  • Penulis : Yann Martel
  • Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
  • Tahun Terbit : Juli 2017 (Cetakan ke-9)


Life of Pi - Usai menonton filmnya, aku mulai berpikir bagaimana ya cerita ini ketika masih berbentuk novel?!

Beruntungnya, beberapa bulan kemudian, ketika tengah asyik cuci mata dengan memandangi jejeran novel-novel kece di rak-rak Gramedia dan berkhayal bisa memborong semuanya, tiba-tiba di salah satu rak novel terjemah, retinaku bersirobok dengan satu novel bercover hitam-biru yang judulnya terbaca familiar. Waaah, beruntung kutemukan satu eksemplar Life of Pi yang terakhir di rak tersebut. 

Sebelumnya, tak ada niatan membeli, tapi setelah menyentuh novel yang masih terbungkus rapi itu, kok ya tiba-tiba pengen beli. Memang, semenjak beberapa waktu ini, keinginan memboyong minimal satu buku setiap masuk Gramedia rasanya begitu tak tertahankan.

Namun usai membaca, aku tidak menyesal telah membelinya. Kisah ini, ketika disampaikan lewat untaian kalimat yang tertuang dalam 446 lembar, ternyata jauh lebih menggairahkan, dan begitu mengharukan.

2017 lalu aku sempat menulis ulasan (kalau boleh dibilang begitu) singkat tentang filmnya. Monggo, bisa dibaca pada artikel Ulasan Film Life of Pi. Sebenarnya, sudah sangat terlambat bagiku baik untuk menonton filmnya maupun membaca novelnya; harusnya udah dari dulu-dulu dong. Tapi tak apa, aku tetap senang karena telah membacanya.

Hari ini, setelah dua kali tamat membaca novel ini, aku tak kuasa untuk kembali mencoret-coret dinding rumah ini.

Life of Pi, seperti yang sempat kutulis di artikel yang dapat dibaca pada link di atas, merupakan sebuah novel terkenal karya penulis asal Kanada, Yann Martel. Novel ini pun telah difilmkan pada tahun 2012 dengan judul yang sama, yang disutradarai oleh Ang Lee.

Life of Pi menceritakan kisah hidup seorang pemuda India bernama Pi, yang terombang-ambing di tengah Samudra Pasifik bersama seekor harimau Bengal di dalam sekocinya. Setelah membaca novelnya, aku mendapati beberapa perbedaan adegan pada novel dan film. Tentu merupakan sebuah hal yang wajar terjadi ketika sebuah novel difilmkan. Namun, secara keseluruhan sih inti ceritanya tetap sama. 

Baik versi Novel dan Film, dua-duanya sama-sama kunikmati dengan sepenuh hati (*whoaa). Tapi bagi orang seperti aku yang hobi membaca, tentu saja masuk ke kisah hebat terombang ambing di Samudra Pasifik ini begitu terasa nikmat lewat sajian kalimat-kalimat Yann Martel dalam novelnya. 

Life of Pi, merupakan kisah yang indah, mengagumkan, dan menyentuh hati. Kubayangkan banyak hal ketika menyusuri samudra bersama tokoh Pi, kurasakan ketakutan yang sama ketika membayangkan sosok Richard Parker. Ah, bagaimana jika aku yang terdampar di dalam sekoci itu, tanpa harimau saja kupikir aku pasti sudah mati. Apalagi harus berbagi tempat bersama seekor harimau.

Namun, pertama kali menyentuh  lembar awal, aku sempa karena pargraf panjang yang membahas banyak hal soal Sloth (yang mana aku gatau bentuk hewan itu, jadi kubayangkan saja seekor tupai). Namun semakin memasuki lembar berikutnya, aku semakin tertarik, dan bahkan kerap mengulang dan berhenti sejenak di beberapa paragraf yang kuanggap menarik.

Di dalam sinopsisnya, ada kalimat yang bilang bahwa kisah ini akan membuat orang percaya pada Tuhan. Yup, Yann Martel tak hanya menulis kisah biasa. Ia juga menyelipkan unsur tentang "Tuhan" yang telah muncul sejak awal hingga kisah ini berakhir. Tentang bagaimana Anda mempercayai Tuhan di babak-babak tersulit dalam hidup. Yang menarik, adalah tentang bagaimana tokoh Pi ini melihat Tuhan dari sudut pandangnya. 

Tapi, bagimanapun, ini adalah sebuah kisah. Pada akhirnya sebagai pembaca, kita bisa memilih bagian-bagian yang dapat kita ambil pelajarannya.

Yann Martel menuliskan adegan-adegan dengan begitu rinci. Ada saat-saat yang serius, saat-saat mengharukan, di beberapa bagian lainnya pembaca seolah diajak merenung sejenak, dan ada juga bagian-bagian yang membuatku sedikit tertawa. Ada banyak pelajaran di setiap lembarnya, tak kusangka endingnya pun sangat berkesan.

Beruntung, aku telah menonton filmnya terlebih dahulu. Mengapa? Sebab di dalam novel, sebagian latarnya adalah di dalam sekoci yang terapung di lautan lepas. Aku tidak begitu paham bentuk sekoci itu, dan bagian-bagiannya juga. Banyak benda dan bentuk yang tidak kumengerti, namun imajinasiku terbantu berkat telah menonton film ini sebelum membaca novelnya.

Overall, ini masuk dalam list novel Favorite deh. Penasaran kisah ini, silahkan dibaca sendiri :)


*update terbaru yang nggak penting: dikabarkan penulis ulasan telah menobatkan sloth sebagai hewan favoritnya serta hewan terlucu sedunia. 
*update terbaru lagi yang nggak kalah nggak pentingnya: penulis ulasan baru selesai membaca sebuah buku berjudul 'sloth philosophy' dan mungkin besok bakal membeli key chain atau guling bergambar sloth.


Posting Komentar

11 Komentar

  1. wah ajdi penasaran pengen baca ini, di Ijakarta ada gak yah bukunya tersedia, btw thanks reviewnya kak

    BalasHapus
  2. Life of Pi termasuk film favorit sya, ceritanya sederhana tapi ngena banget ditambah animasi yang oke banget, banyak review yang saya baca ttg novelnya Life of Pi yg lebih dulu keluar mereka malah kurang sreg dengan filmnya krn gak sesuai ekspetasi fantasi mereka hehe ada2 saja ya padahal filmnya sudah oke banget itu, eh maaf diulang lagi kata2nya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju deh, ini termasuk favorit. Menurutku pun filmnya udah oke banget. Cerita di filmnya itu manis, sederhana, dan njleb.

      Hapus
  3. Keren review bukunya,oh ia kak,msu tanya ada e booknya tidak ya biar bisa didownload,he-he 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo e-book nya sepertinya nggak ada deh kak

      Hapus
  4. Menariiik.... sloth itu emank butuh kesabaran baik dlm bentuk movie maupun bacaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setelah aku googling tentang sloth, ternyata bentuknya lucu juga nih mbak :D

      Hapus
  5. Aku ikut penasaran ini mbak. Tanggung jawab mbak 😂😂😂

    BalasHapus
  6. Saya sudah komen disini rupanya hehe, Life of Pi termasuk favorit saya deh tapi filmnya hehe

    BalasHapus
  7. Sudah nonton filmnya pada tahun 2014, kalau bukunya belum. Gak punya uang untuk beli itu, hu hu.
    Iya, menegangkan banget kejadiannya. Gak bisa, deh, berbagi tempat dengan harimau. Syukurnya Pi cerdik, berupaya mendidik harimau agar tak memangsanya dengan cara menjauh dan membuat semacam pemisah. Pahit lihat bagaimana zebra dan hewan lainnya habis binasa dimangsa harimau.
    Akhir kisahnya memang tak terduga, mereka akhirnya bisa selamat pada titik akhir kala dihantam rasa frustrasi dan lelah. Seperti pelajaran nyata dalam kehidupan.
    Bagi saya baca bukunya lebih asyik daripada nonton film, dan selalu saja akan ada yang berubah jika difilmkan. Namun filmnya bagus juga, kok. Visualisasi membantu kita agar paham detail karena sebelumnya tak pernah mengenali wujud benda dan eupa.

    BalasHapus
  8. Hummmm knpa bayanginnya tupai sih dek? Kwwkkw knpa gak cecurut? Hihi

    Apaan deh aku komen gak nyambung kwkwkw..

    BalasHapus

Tambahkan Komentar