Naik Turun Bukit Kaba dalam Sehari, Emang Sanggup?

Puncak Bukit Kaba

"Every long journey starts with a single step~

Berpaling sejenak dari hiruk pikuk dan keresahan dalam rutinitas sehari-hari menjadi sebuah penghiburan yang layak didapatkan oleh diri sendiri. Kali ini, sedikit main lebih jauh dari pantai, bersama beberapa teman, kami memutuskan untuk muncak ke Bukit Kaba di Kabupaten Curup, Provinsi Bengkulu.

Tapi, melakukan perjalanan bolak-balik dari kota, mendaki dan menuruni Bukit Kaba dilakukan dalam sehari, memangnya sanggup? Ini merupakan satu lagi perjalanan panjang yang mengasyikkan untuk diceritakan di blog ini ....

Minggu, 01 November 2020, mengawali hari pertama di bulan November 2020 yang disertai hujan kecil pada dini hari, aku dan sahabatku Bela sudah semangat packing dan menyiapkan bekal serta peretelan kecil lainnya untuk muncak di hari itu, sambil berharap hujan segera reda di pagi hari.

Yah, maklum, rencana muncak ini sebetulnya sudah menjadi plan sejak akhir September yang dicetus oleh kak Meri--temanku sesama penggemar GP. Sempat ingin berangkat di minggu kedua Oktober, namun gagal karena aku masih sibuk dengan beberapa hal di perkuliahan. Akhirnya, ketika cuti bersama di akhir Oktober, kak Meri tiba-tiba mengangkat kembali topik pendakian ini dan langsung menentukan tanggal keberangkatan. Biar tidak berujung 'wacana doang', akhirnya aku dan Bela tanpa pikir panjang pun mengiayakan ajakannya.

Pada akhirnya ada 7 orang yang ikut dalam rombongan kecil kami, dan segera setelah hujan reda kami memutuskan bertemu di persimpangan Nakau dan berangkat bersama ke Kabupaten Curup sekitar pukul setengah 7 WIB. Di perjalanan kami masih harus mampir ke minimarket untuk membeli air mineral dan makanan ringan sebagai bekal tambahan dalam pendakian nantinya.

Perjalanan kami cukup panjang juga, memakan waktu lebih kurang tiga jam untuk sampai ke basecamp Bukit Kaba. Nah, sebelum mulai mendaki, harus bayar tiket dan uang parkir dulu. Tapi, tak perlu khawatir sebab harganya masih aman untuk kantong hoho. Untuk parkir, kami membayar Rp. 10.000 per motor, tiket pendakian juga sama, Rp. 10.000 per orang. Di sana juga ada jasa ojek bagi yang tidak mau repot mendaki, pulang-perginya dibandrol seratus ribu yang menurutku tidak mahal sama sekali sih, mengingat jalan yang harus dilalui oleh motor untuk sampai ke puncak.

Setelah membayar dan mengisi buku tamu, serta membulatkan tekad, saatnya kita olahraga otot dengan keras.

Menuju Puncak Gunung Kaba

Sempat bingung menentukan rute pendakian antara lewat hutan atau jalan setapak, karena kami adalah pemula, kecuali Bela dan kak Meri yang pernah mendaki sebelumnya. Baik jalur jalan setapak maupun jalur hutan, keduanya memiliki poin plus dan minusnya. Katanya, jalur hutan lebih ekstrem karena jalannya masih berupa tanah dan dalam pendakian tak jarang harus berpegangan dengan akar-akar tanaman di hutan. Sementara rute jalan setapak betul-betul jalan setapak berupa aspal dan kerikil yang menanjak di sepanjang hutan hingga ke puncak, namun jalur ini memakan waktu lebih lama dibanding jika mendaki lewat jalur hutan.

Akhirnya sih, kami memilih pendakian lewat jalan setapak, supaya agak santai. Yah, hitung-hitung supaya otot kaki yang memang sebelum pendakian tidak pernah direnggangkan ini tidak mengalami shock berat dan ngambek di tengah jalan. Soalnya, baru satu tanjakan aja kita udah ngos-ngosan serasa tak sanggup lagi.

Perjalanan mendaki Bukit Kaba

Yang namanya pendakian ya memang begitu, berat dilalui tapi InsyaAllah akan terbayar ketika nanti sampai di puncak. Dengan semangat yang kadang membara dan kadang sirna ditelan lelah, kami tetap meneruskan pendakian sambil sesekali beristirahat setelah melewati beberapa tanjakan. Cuaca hari itu tidak terlalu cerah, kadang gerimis menitik, tapi Alhamdulillah tidak berujung hujan deras. Soalnya bakal kecewa banget kalo di atas nanti hanya ada kabut akibat hujan seperti yang pernah dialami Bela di pendakian pertamanya setahun yang lalu. Maaf loh yaa, ga bermaksud membuka kenangan lama :D

Mungkin karena aku pemula, rasanya pendakian kami seolah lama sekali dan tak kunjung mencapai puncak. Beberapa kali terlontar pertanyaan yang sama, "Udah setengah perjalanan belom, ya?".

Penghiburan kami adalah perkataan Bela yang selalu bilang, "5 menit lagi, guys ...."

Atau perkataan yuk Neng yang menyenangkan, "Abis ini belok kiri, belok kanan, nanjak dikit, dan sampe!"

...

...

Tapi kok sampe kaki mau mati rasa, nggak sampe-sampe juga yaa. Beberapa kali kami berpapasan dengan orang-orang lokal. Sembari beramah tamah, kami lagi-lagi melontarkan pertanyaan yang sama, "Masih lama kah untuk sampe puncak?"

Dan jawaban bapak dan ibu yang kami temui selalu membuat semangat kami menguap hahaa. Sampai akhirnya bertemu dengan muda-mudi yang sedang turun dan mengatakan perjalanan kami hampir sampai, barulah kami mencoba mengumpulkan sisa-sisa semangat yang masih ada. Berangkat pukul setengah sebelas, kami baru sampai di bawah tangga seribu sekitar pukul dua lewat. Iya, hampir empat jam pendakian karena kami banyak beristirahat setiap selesai melewati tanjakan. 

Sepanjang jalan kenangan .... Ternyata menapaki langkah demi langkah jalan kenangan itu berat yess ...

Makan Siang

Sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak untuk melihat kawah dari atas tangga seribu, terlebih dahulu harus mengisi perut yang sejak pertengahan jalan tadi memang sudah tak henti-hentinya bernyayi ria. Hitung-hitung juga men-charge energi yang terkuras selama pendakian.

Tangga Seribu Bukit Kaba

Perjalanan menapaki tangga seribu tidak secapek yang kubayangkan sewaktu makan. Soalnya anak tangganya tidak persis seribu, dan barangkali semangatku meningkat drastis karena dari sana sudah kelilhatan view yang amat cantik dari ketinggian, belum lagi di atas nanti kami sudah bisa melihat kawah. Tidak menyia-nyiakan moment, setiap langkah kami dibarengi jepretan kamera dari berbagai sudut sampai ke puncak tangga.

View Kehijauan Bukit Kaba

Puncak Bukit Kaba memang cantik, dari atas bisa melihat view khas gunung, memandang kawah yang mengepulkan bau belerang di bawah, memandang kehijauan dan perkotaan yang tampak kecil di belakang tempat kami berdiri. Semuanya menjadi satu kenikmatan yang patut disyukuri. MasyaAllah, sembari mengagumi ciptaan-Nya, tentu harus memuji penciptanya.

Ini dia beberapa jepretan yang berhasil kami ambil ....

Melihat Kawah Bukit Kaba Latar Kawah Gunung Kaba

Rencana awal setelah sampai puncak adalah bisa menyebrang ke bukit gajah dan melihat kawah hidup, tapi hari sudah keburu sore dan kami tidak membawa perlengkapan kamping. Akhirnya pendakian kami berakhir di puncak tangga seribu. Mengambil waktu sejenak untuk berfoto ria, mengagumi setiap pemandangan yang tertangkap retina, akhirnya kami memutuskan turun pada pukul empat sore. Hanya satu setengah jam berada di puncak, tidak cukup puas namun yaa harus mengejar turun sebelum matahari tenggelam.

Setelah sampai puncak, kupikir tidak akan sanggup turun lagi. Jika pendakian kami disertai drama paha yang sakit dan hampir mati rasa, perjalanan turun pun tak luput dari drama ujung jari-jari yang terasa begitu sakit karena menahan beban tubuh kami. Sampai kami beberapa kali mencoba jalan mundur pada turunan tertentu. Perjalanan turun tidak banyak memakan waktu beristirahat, dan meskipun benar-benar lelah tapi toh akhirnya kami sampai kembali ke basecamp sebelum pukul enam. Cepat sekali jika dibanding waktu pendakian kami.

View ke Bawah Bukit Kaba

Perjalanan pulang di malam hari menjadi tantangan tersendiri karena dua teman kami sudah ngebut duluan, diiringi aku dan bela yang sempat mampir ke masjid, dan kak Meri serta yuk Neng yang ada di belakang dan tidak kelihatan. Alhamdulillah sampai kembali ke Bengkulu dengan selamat.

Jadi, momen yang paling kunikmati dari suatu pendakian tak lain adalah proses pendakian itu sendiri. Puncak yang kita temui di pertengahan perjalanan adalah bonus -- sebuah hadiah untuk kita setelah melewati perjalanan berat. Perjalanan tidak berakhir di sana, sebab puncak adalah persinggahan, persinggahan yang menyenangkan, tapi mau tak mau harus ditingalkan untuk kembali ke rumah.

View Bukit Kaba Curup

Begitulah segelintir kisah perjalanan kami yang sebenarnya lebih menyenangkan daripada yang tertulis di sini. Terima kasih buat kalian yang sudah mengantarkan keinginan muncak ini terwujud. Semoga bisa mendaki bareng lagi. Have a good day~

Posting Komentar

0 Komentar