Sidang Tilang dan Bunga Rafflesia

Bunga rafflesia mekar


Keinginan untuk melihat bunga Rafflesia mekar ini sebenarnya telah lama kupendam. Waktu sekolah, terhalang waktu. Pas kuliah, sulit untuk mengajak teman yang mau sukarela menemani aku yang ngidam ketemu bunga Rafflesia ini.

Seperti yang telah diketahui khalayak umum, Provinsi Bengkulu memang terkenal lewat ikon Rafflesia Arnoldi-nya. Bunga yang digolongkan sebagai puspa langka dalam bunga nasional ini telah menjadi ikon kebanggaan masyarakat Bengkulu sejak lama.

Bicara soal Rafflesia, dari lahir sampai besar di kota tercinta ini, aku belum pernah melihat bunga langka ini secara langsung. Hal itu sih karena bunga Rafflesia tidak hidup di sembarang tempat, hanya bisa ditemukan di hutan-hutan tropis yang masih terjaga kelembapannya. Sementara aku tinggal di area kota yang panas.

Nah, pada akhir Desember yang lalu, Alhamdulillah akhirnya aku bisa menyaksikan bentuk nyata si bunga ini dengan kedua bola mataku sendiri.

Sebenarnya sih, momen ini datang secara tidak sengaja. Bermula ketika aku dan seorang teman ingin menghadiri sidang STNK di daerah Kepahiyang.

Pertanyaannya, aku yang tinggal di kota ini kok bisa sih harus sidang tilang di Kabupaten Kepahiyang yang jaraknya sampe dua jam perjalanan itu?

Ceritanya, beberapa waktu sebelumnya aku dan beberapa orang teman sekelas pernah berencana jalan-jalan ke Kebun Bunga di daerah Curup. Kami berangkat dengan berkendara motor. Namun, alih-alih sampai ke Curup, di persimpangan Kepahiyang, dua motor kami malah ditilang oleh pak Polisi karena kedapatan melawan arus (Ini nggak sengaja loh ya).

STNK ku ditahan dong, dan seperti umumnya kejadian tilang lainnya, yang bersangkutan diminta menghadiri sidang tilang, pada waktu itu kebagian tanggal 21 Desember 2018. Aku cemaaasss, wah gimana nih kalo sampe ketahuan mamak. Bukan apa-apa, tapi rasanya tuh bego banget loh kelakuan hari itu. Akhirnya, setelah dipikir-pikir aku memilih datang kembali pada hari yang ditentukan.

Surat tilang motor
sengaja di-blur

21 Desember 2018, aku berencana pergi berdua saja bersama teman akrabku. Ya jelas tidak berani pergi sendiri, karena selain harus melewati gunung yang sepi, aku sendiri belum lincah berkendara motor. Tapi syukurlah, ada dua teman lelaki yang dengan baik hati mau menemani kami, keduanya juga ikut sewaktu kejadian tilang kemarin, tapi tidak ikut kena tilang.

Singkat cerita, kami pun berangkat sekitar pukul sepuluh pagi. Perjalanan terasa panjang. Setelah memasuki area Taba Penanjung ke Liku Sembilan, kami lihat ada tulisan Rafflesia Mekar pada spanduk sederhana yang dipajang di pinggir jalan. Beberapa hari sebelumnya aku memang sempat melihat postingan di media sosial salah satu Komunitas peduli Rafflesia yang ada di Bengkulu. Jadi, komunitas-komunitas ini memang rutin memberikan informasi mekarnya bunga Rafflesia di daerah-daerah Bengkulu (Terima kasih untuk kalian). Kami pun memutuskan untuk mampir sekembalinya dari mengambil STNK.

Sampai di Kepahiyang, sudah jam 11.40. Mana hari jum'at pula. Sebenarnya, sidang tadi dijadwalkan pukul 8.00 pagi. Sudah sangat terlambat, akhirnya kami memutuskan untuk langsung mendatangi Kejaksaan Negeri. Yah berdasarkan pengalaman sebelumnya (langganan tilang), kalau tidak ikut sidang, maka ambil STNK-nya ke Kejaksaan Negeri. Tanpa banyak basa-basi, kami pun meluncur ke Kejaksaan Negeri. Syukurlah, setelah sampai di Kejaksaan Negeri, aku langsung mendapatkan kembali STNK terjintah-ku itu hanya dalam waktu lima menit. Eits, tentunya setelah membayar denda tilang dulu, dong.

Setelah itu kami mampir ke Masjid terdekat, mengingat yang laki-laki harus sholat Jum'at dan kami yang perempuan harus sholat Dzuhur. Kami kembali ke kota sekitaran pukul satu. Nah, sesuai rencana di awal, kami pun mampir ke tempat mekarnya Rafflesia tadi.

Di pinggir jalan, ada sekompok orang yang menjaga parkiran. Setelah parkir kami dipersilahkan turun ke dalam hutan. Kami melewati jalur tanah yang menurun, tapi tanah menurun itu telah dibuat menyerupai tangga untuk memudahkan pengunjung, ditambah juga pegangan di sisi kiri kananya. Jaraknya sekitar... seratus meter barangkali. 




Inilah foto pertamaku bersama bunga Rafflesia mekar. Btw, bunga ini termasuk berukuran gede, aku pernah baca kalau diameter bunga Rafflesia bahkan bisa mencapai 100 cm, tapi yang kami lihat ini sih tidak sampai seukuran itu. Melihat Rafflesia mekar ini dengan mata kepala sendiri seperti melihat bentuk lain dari Bengkulu. Ada sensasi semacam euforia menyenangkan begitu bunga itu hadir tepat di depan mata. Yah, itulah bunga langka yang saat ini tengah terancam keberadaannya.

Kesempatan ini tidak kami sia-siakan. Kami mengambil beberapa gambar sembari mengagumi kecantikannya. Sayangnya, di beberapa titik bunga itu telah muncul bercak kehitaman. Kata sang penjaga yang saat itu menemani kami, titik hitam itu muncul karena beberapa pengunjung tidak sengaja menyentuhnya. Ya, Rafflesia ini sensitif terhadap sentuhan. Nah, kami sedikit berbincang bersama sang penjaga itu. Dia berpesan supaya kita lebih peduli lagi terhadap puspa langka ini, apalagi ini adalah puspa kebanggaan Bengkulu.

Hari itu aku pulang dengan perasaan senang, senang karena STNK-ku sudah kembali aman di dalam dompet, dan senang karena bisa melihat Rafflesia mekar.

Posting Komentar

8 Komentar

  1. Wah keren ya bisa foto langsung dengan Bunga Rafflesia Arnoldi yang sedang mekar begitu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihii iya alhamdulillah bisa selfie bareng bunganya, mbak :D

      Hapus
  2. Aku penasaran juga mau lihat mbak. Semoga suatu saat bisa lihat langsung.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kuaminin ya mbak, 😊😊😊

      Hapus
  3. Kapan aku bisa foto bunga indah itu? Huaaaaah....

    BalasHapus
  4. Aku kira Rafflesia sama bunga bangkai itu sama. Ternyata beda ya (/-\*)

    BalasHapus
  5. Kepengen lihat juga. Ya allah, bungannya gede. Rezeki kak, bisa lihat. Aku mah cuma bisa lihat lewat foto sama buku sekolah doang 😅

    BalasHapus

Tambahkan Komentar