Untuk sahabat baikku,
Aku ingat harus
menjawab pertanyaan yang kau utarakan tempo hari di taman kota.
Saat itu kau menangis
terisak-isak, matamu sampai lebam karena terus menerus kau paksa bekerja
mengalirkan buah kesedihan. Kulihat kau tidak berdaya kala itu.
Aku ingat kau
memelukku. Aku membalasnya sambil menepuk-nepuk pundakmu, sesekali kubelai
kepala yang berbalut jilbab merah marun itu. Tiada kata yang kau ucapkan dalam
waktu yang lama hari itu. Sampai matahari bertahta di
ujung barat, sinar jingganya menyadarkan kita dari lamunan. Kupikir pertemuan
itu akan benar-benar berakhir tanpa kata hingga kau bangkit dan tersenyum
padaku,
“Apakah move on itu ada?” Tanyamu.
Kemudian kau berjalan pergi.
Sebaris kalimat yang keluar dari bibirmu membuatku
lega. Aku tahu kau tengah berjuang melawan perasaanmu. Teruslah begitu, ya!
Hari itu aku ingin mencoba
menjawabnya. Lagi-lagi masalah hati dan cinta yaa..
Apakah move on itu ada?
Aku tidak tahu. Aku harap
itu tidak ada.
Sahabatku,
Ada teori cinta yang
pernah aku baca, aku sering kali menulisnya,
Ketika kau dilahirkan,
kau hadir dengan sebongkah hati.
Apa kau tahu? hatimu itu
punya banyak sekali ruang, kau bisa masukkan siapa saja yang kau sayang dalam
setiap ruangnya. Lalu kau bisa menguncinya. Dan suatu waktu pun kau bisa
menelantarkannya, membuangnya dari ruang itu jika kau dapati kau beralih
membencinya. Tapi ada satu ruangan terlarang di sana, ruangan yang selalu
terbuka, kau tak punya kendali atasnya. Tepatnya ruangan tak berpintu sehingga
siapapun bisa masuk dan keluar.
Ketika kau jatuh cinta
itu artinya kau membiarkan dia menerobos ruangan itu. Saat itu terjadi, Hati-hati!
dia bisa mengobrak-abrik isi hatimu, membuat perasaanmu tak menentu, menghiasi
hatimu dengan seribu mawar merah sehingga kau jadi berbunga-bunga dibuatnya,
namun bisa juga dia hancurkan hatimu.
Tidak mudah menuntunnya
keluar dari sana. Meskipun berhasil kau campakkan dia keluar, bukankah jejaknya
masih tertinggal?
Sahabatku,
Masalahnya bukan pada
itu, percayalah kau tidak membutuhkan yang namanya move on. Rasa ingin melupakan itu hanya muncul karena kau merasa
lelah mencintai, muak dengan takdir yang tak kunjung mempersatukan.
Sahabatku,
Jika ingin kecewa,
silahkan saja.
Kalau merasa tidak bisa
membendung air matamu lagi, menangislah.
Hati ini rumit,
sahabatku.
Kau hanya merasa lelah,
beristirahatlah sejenak di bawah pohon nan rindang itu, nikmatilah angin
sepoi-sepoi, rasakan matahari menyengat kulitmu.
Sahabatku,
Tempat yang sama hanya
menghasilkan ingatan pada kenangan yang sama. Kenangan pahit untukmu. Carilah tempat
lain untuk bersinggah, tidak masalah jika kau masih mencintainya, cintai juga yang
lain. Biarkan yang lain memasuki labirin hatimu untuk menghapus jejak yang
tertinggal.
Sahabatku,
Kau tidak perlu memaksakan
hatimu untuk melupakannya.
Selama kau punya hati,
pasti selalu ada rasa sakit.
Aku pernah membaca sebuah quotes dari seorang penulis kisah cinta termahsyur, begini tulisnya;
"If
you love and get hurt, love more.
If
you love more and get hurt more, love even more.
If you love even more and get hurt even more,
love some more.
Until
it hurts no more! "- William Shakespeare
Entah mengapa motivasi
tersebut sangat cocok untukmu.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus