Untuk Sahabatku: Move On dan Cinta


Tulisan untuk seorang sahabat


Untuk sahabat baikku,

Aku ingat harus menjawab pertanyaan yang kau utarakan tempo hari di taman kota. Saat kau menangis terisak, matamu sampai lebam karena terus menerus kau paksa bekerja mengalirkan buah kesedihan. Kulihat ketidakberdayaan kala itu.

Aku ingat kau memelukku. Kubalas sambil menepuk-nepuk pundakmu, sesekali kusapu kepala yang berbalut hijab merah marun itu. Tiada kata yang kau ucapkan dalam waktu yang lama hari itu. Sampai matahari bertahta di ujung barat, sinar jingganya menyadarkan kita dari lamunan. Kupikir pertemuan itu akan benar-benar berakhir tanpa kata hingga kau bangkit dan menanap nanar padaku.

“Apakah move on itu ada?” tanyamu.

Kemudian kau berjalan pergi.

Sebaris kalimat yang keluar dari bibirmu membuatku lega. Aku tahu kau tengah berjuang melawan perasaan. Teruslah begitu, ya! 

Hari itu aku ingin mencoba menjawabnya. Lagi-lagi masalah hati dan cinta yaa.

Apakah move on itu ada?
Aku tidak tahu. Aku harap itu tidak ada.

Sahabatku,

Ada teori cinta yang pernah aku baca, aku sering kali menulisnya. Ketika kau dilahirkan, kau hadir dengan sebongkah hati.

Kau tahu bahwa hatimu punya banyak ruang, kau bisa masukkan siapa saja yang kau sayang dalam setiap ruangnya. Lalu kau bisa menguncinya. Dan suatu waktu pun kau bisa menelantarkannya, membuangnya dari ruang itu jika kau dapati kau beralih membencinya. Tapi ada satu ruangan terlarang di sana, ruangan yang selalu terbuka, kau tak punya kendali atasnya. Tepatnya ruangan tak berpintu sehingga siapapun bisa masuk dan keluar.

Ketika kau jatuh cinta itu artinya kau membiarkan dia menerobos ruangan itu. Saat itu terjadi, Hati-hati! dia bisa mengobrak-abrik isi hatimu, membuat perasaanmu tak menentu, menghiasi hatimu dengan seribu mawar merah sehingga kau jadi berbunga-bunga dibuatnya, namun bisa juga dia hancurkan hatimu.

Tidak mudah menuntunnya keluar dari sana. Meskipun berhasil kau campakkan dia keluar, bukankah jejaknya masih tertinggal?

Sahabatku,

Masalahnya bukan pada itu, percayalah kau tidak membutuhkan yang namanya move on. Rasa ingin melupakan itu hanya muncul karena kau merasa lelah mencintai, muak dengan takdir yang tak kunjung mempersatukan.

Jika ingin kecewa, silakan saja! Kalau merasa tidak bisa membendung air mata lagi, menangislah! Hati ini rumit, ya? Kau hanya merasa lelah, beristirahatlah sejenak di bawah pohon nan rindang itu, nikmatilah angin sepoi-sepoi, rasakan matahari menyengat kulitmu.

Tempat yang sama hanya menghasilkan ingatan pada kenangan yang sama. Kenangan pahit untukmu. Carilah tempat lain untuk bersinggah, tidak masalah jika kau masih mencintainya, cintai juga yang lain. Biarkan yang lain memasuki labirin hatimu untuk menghapus jejak yang tertinggal.

Kau tidak perlu memaksakan hatimu untuk melupakannya. Selama kau punya hati, pasti selalu ada rasa sakit. Aku pernah membaca sebuah quotes dari seorang penulis kisah cinta termahsyur, begini tulisnya;
"If you love and get hurt, love more. If you love more and get hurt more, love even more. If you love even more and get hurt even more, love some more. Until it hurts no more! "- William Shakespeare
Entah mengapa motivasi tersebut sangat cocok untukmu.

Posting Komentar

1 Komentar

Tambahkan Komentar